Radarnasional-Proyek River improvement and sediment control in Bangga River atau pekerjaan bangunan pengendalian sedimen di sungai Bangga yang dikerjakan PT. Selaras Mandiri Sejahtera (SMS) di desa Bangga Kec. Dolo Selatan Sigi sulawesi tengah kelar 100% dengan kontrak akhir (31) September 2022 ini.
Dibangun sesuai dengan spesifikasi teknis dan sesuai standarisasi aturan kerja Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan tujuan utamanya tepat sasaran guna kepentingan umum masyarakat kedepannya dalam membekap dan memanimalisir pergerakan aliran air sungai dan sediment akibat longsornya Daerah Aliran Sungai (DAS) sungai Bangga.
Adapun,Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu telah bekerja keras dalam melanjutkan mengawasi, ,menyelesaikan pembangunan Sabo Dam di Kabupaten Sigi.

Kepala Balai Wilayah Sungai Sulawesi III Palu Taufik,S.ST.,MT mengatakan, Sabo Dam di Sigi ini dibangun untuk menahan dan mengurangi kecepatan aliran sungai yang membawa sedimen sehingga dapat meminimalisir risiko bencana banjir di hilir sungai serta menjaga agar Kejadian serupa yaitu Banjir Bandang yg terjadi pada Hari Minggu 26 Mei 2019 yg lalu yang mengakibatkan sejumlah korban jiwa, merusak fasilitas Umum, jalur transportasi, Pemukiman penduduk, lahan pertanian, hewan ternak dll, dapat terkendali dan tidak terjadi lagi.
“Kalau bendungan menahan atau menampung air, sedangkan Sabo Dam menahan sedimen pasir dan batu sementara airnya tetap bisa lewat, tentu saja tujuan pembangunan ini sangat bermanfaat ” terang Taufik,S.ST.,MT
- Lantas, Apa Itu Sabo Dam?
Dilansir dari mgm.slemankab.go.id, Sabo sendiri berasal dari bahasa Jepang, “sa” yang berarti pasir dan “bo” yang berarti pengendalian.

Teknologi sabo ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada 1970 sejak kedatangan seorang tenaga ahli di bidang teknik sabo dari Jepang, Mr. Tomoaki Yokota.
Saat itu teknologi sabo dipandang sebagai salah satu alternatif terbaik dalam rangka upaya penanggulangan bencana alam akibat erosi, aliran sedimen dan proses sedimentasi di Indonesia.
Sabo Dam merupakan terminologi umum untuk bangunan penahan, perlambatan dan penanggulangan aliran sedimen di sepanjang sungai yang berpotensi terlanda banjir.
- Prinsip Kerja Sabo Dam
Prinsip kerja Bangunan Sabo yang terbangun di desa Bangga Kec. Dolo Selatan Sigi sulawesi tengah adalah mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan material atau pasir yang terbawa oleh aliran dan meloloskan air ke hilir.

Sabo Dam ini, dibangun dengan fungsi untuk mengendalikan sedimen dengan cara menahan, menampung dan mengalirkan sedimen.
Tata letak pembangunan sabodam di daerah dilakukan pada daerah produksi sedimen sampai dengan daerah pengendapan sedimen.
Untuk itu, pondasi Sabo Dam dibuat mengambang dengan anggapan bahwa batuan pada pondasi tersebut memiliki karakteristik yang cukup keras.
Sabo Dam ini dibangun secara seri artinya bangunan yang satu mendukung bangunan lainnya, dengan jarak tertentu yang disyaratkan agar sabodam stabil dan aman dari gerusan lokal.
- Institusi Khusus Sabo Dam
Dilansir dari litbang.pu.go.id, Badan Penelitian dan Pengembangan PU (Balitbang PU) memiliki institusi khusus yang meneliti bangunan Sabo Dam yang terletak di Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.

Balai Sabo telah banyak melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan perguruan tinggi terkait dengan kegiatan penelitian dan pengembangan sabo.
Tak hanya terbatas untuk pengendalian sedimentasi vulkanik, Balai Sabo juga meneliti sedimentasi di daerah non-vulkanik seperti permasalahan erosi dan tanah longsor.
Balai Sabo memiliki radar yang berfungsi mendeteksi curah hujan dan menjadi sumber basis data untuk perkiraan intensitas curah hujan.
Data ini kemudian digunakan untuk memperkirakan aliran banjir debris dan menjadi salah satu acuan untuk early warning system.
Balai Sabo juga turut serta dalam mengantisipasi bencana seperti survei yang dilakukan di Gunung Sinabung, Kelud, dan penelitian banjir bandang di Manado.
Konsep “the right sabo in the right place and in the right time” merupakan salah satu upaya mendorong penerapan teknologi sabo sebagai penguat kapasitas kawasan dalam menghadapi ancaman banjir lahar.
- Zona Pengendalian Banjir
Pengendalian banjir lahar ini dibagi menjadi tiga zona yaitu daerah hulu (daerah produksi sedimen), daerah tengah (daerah transpor sedimen), dan daerah hilir (daerah endapan sedimen).

Penerapan teknologi sabo tergantung dari zonanya.
Di daerah hulu dilakukan dengan membangun dam seri tingkat (stepped dam) dan dam pengendali sedimen (check dam).
Selain itu penggunaan vegetasi juga penting untuk menghambat laju produksi sedimen.
Tujuannya pembangunan dam ini untuk menjaga longsoran tebing sungai akibat gerusan kaki tebing dan meredam tenaga gerusan.
Sementara itu, di daerah tengah digunakan dam konsolidasi (consolidation dam) dan kantong sedimen/lahar (sand pocket).
Hal tersebut dimaksudkan untuk memperlambat kecepatan banjir, menstabilkan dasar sungai, mengarahkan alur sungai, mengubah sifat aliran massa menjadi aliran individu, serta menahan dan mengendalikan material sedimen.