RadarNasional,Palu-Hari ini, 1 September 2025, Kota Palu menjadi panggung perjuangan yang menggetarkan hati. Mahasiswa dari berbagai universitas bersatu, tanpa memandang almamater, tanpa memandang warna jas, hanya menyatukan tekad demi rakyat. Suara mereka menggema, tidak dengan amarah, tidak pula dengan anarkis, tetapi dengan semangat yang bulat. Mereka berdiri tegak di bawah terik matahari, bahkan saat hujan mengguyur tubuh yang sudah letih. Sebagian jatuh sakit, sebagian hampir roboh karena kelelahan, namun tak seorang pun mundur dari barisan.

Apa yang mereka lakukan bukan demi kepentingan pribadi. Di balik langkah kaki yang tertatih, ada dua perjuangan besar yang mereka pikul: perjuangan menuntaskan pendidikan yang penuh keterbatasan, dan perjuangan memperjuangkan hak-hak masyarakat yang lama terabaikan. Di sela-sela kesibukan menimba ilmu, mengerjakan tugas kuliah, dan mengejar masa depan, mereka masih menyisihkan tenaga untuk turun ke jalan, menyuarakan kepentingan rakyat banyak.

Walau ada korban di antara mereka, mahasiswa tetap lantang bersuara, menyampaikan harapan yang selama ini terpendam dalam dada banyak orang.
Hari ini, mahasiswa Palu membuktikan bahwa aspirasi bisa disampaikan tanpa kekerasan, bisa ditegakkan tanpa merusak, dan bisa diperjuangkan dengan kepala tegak serta hati yang tulus. Mereka mewakili suara rakyat, berdiri berhadap-hadapan dengan para pemimpin, menyuarakan kegelisahan yang tak pernah selesai.
“ Kami paham, tidak semua teriakan kalian muncul begitu saja. Ada yang tertahan, ada yang belum terucapkan. Namun kami percaya, setiap kata yang kalian sampaikan berakar dari ketulusan hati demi orang banyak. ”
Momen menggetarkan itu semakin berarti ketika seluruh unsur pemerintah turun menemui. Gubernur Sulawesi Tengah, Walikota Palu, hingga para anggota DPRD berdiri bersama mahasiswa, membuka ruang dialog yang jarang terjadi. Dari sana kita belajar, bahwa pertemuan antara rakyat dan pemimpinnya tak harus berujung ricuh—ia bisa menjadi ruang pembelajaran, ruang penyatuan harapan.
Mahasiswa Palu hari ini mengajarkan kita arti perjuangan sejati. Mereka bukan hanya penyuara protes di jalanan, melainkan pembangun jembatan antara rakyat dan pemerintah. Dari peluh, air mata, bahkan darah yang mungkin tertumpah, lahirlah secercah cahaya harapan baru.
Esok, dari barisan ini, akan lahir pemimpin yang lebih tangguh, lebih berharga, dan lebih berarti.
Hidup mahasiswa. Hidup rakyat. Hidup perjuangan.
Tini