Radarnasional,Morowali – PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan menjalankan program pengelolaan sampah berkelanjutan, baik di dalam maupun luar kawasan industri. Program ini menyasar berbagai kelompok, seperti sekolah, Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), komunitas, dan pemerintah desa untuk menanamkan kesadaran kolektif menjaga lingkungan melalui edukasi rutin.19 Juni 2025
Supervisor of Waste Management Environmental Department PT IMIP, Burhanudin, mengungkapkan bahwa pengelolaan sampah organik di dalam kawasan IMIP menerapkan prinsip zero waste atau nir sampah. Langkah ini dilakukan untuk menekan jumlah timbulan sampah seminimal mungkin. Sejak tahun 2021 hingga pertengahan 2025, IMIP berhasil memproduksi 45,6 ton kompos dari 182 ton sampah organik.
“Kompos ini digunakan untuk penghijauan di area internal kawasan dan juga disalurkan ke desa-desa serta instansi yang membutuhkan,” ujar Burhanudin, Sabtu (21/6/2025).
Ia menambahkan, seluruh bahan kompos berasal dari limbah organik dapur umum (Central Kitchen) IMIP. Saat ini, IMIP juga tengah membangun rumah produksi kompos di area Edu Park sebagai wujud nyata penerapan prinsip sirkularitas limbah.
Proses pembuatan kompos dilakukan melalui pencacahan sisa makanan menjadi potongan kecil, dilanjutkan pencampuran dengan metode bioremediasi yang menggunakan mikroorganisme sebagai pengurai. Hasilnya, pupuk organik tersebut digunakan untuk penghijauan di Ruang Terbuka Hijau (RTH) kawasan industri dan dibagikan ke institusi pendidikan maupun kesehatan di sekitar wilayah IMIP.
Selain itu, IMIP juga mengembangkan budidaya maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF) untuk mengolah sampah organik menjadi pakan ikan. Dari tahun 2024 hingga 2025, IMIP berhasil memproduksi 394 kilogram maggot. Inisiatif ini menarik perhatian masyarakat yang kerap melakukan studi banding untuk melihat langsung bagaimana limbah bisa diolah menjadi produk bermanfaat.
“Budidaya maggot menjadi bagian dari sistem pengolahan limbah terintegrasi dan berkelanjutan. Sisa budidayanya pun dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang menyuburkan tanah atau sebagai pakan ternak bernutrisi tinggi,” terang Burhanudin.
Langkah-langkah yang dilakukan IMIP ini tidak hanya menjadi solusi terhadap permasalahan sampah, tetapi juga membuka peluang kolaborasi yang lebih luas dengan masyarakat sekitar dalam menciptakan lingkungan industri yang ramah lingkungan.
“Kami ingin pengelolaan sampah organik di IMIP bisa menjadi role model dan direplikasi di tempat lain,” pungkas Burhanudin.